Tidak Ada Kebijakan Yang Terlambat
Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah mengeluarkan empat kebijakan ekonomi untuk menyikapi kondisi ekonomi yang sedang bergejolak. Diharapkan, dengan adanya paket kebijakan ekonomi ini, kondisi ekonomi dalam negeri semakin membaik.
Namun, sebagian kalangan menilai kebijakan ini terlambat dikeluarkan. Wakil Ketua Komisi XI Andi Rahmat menyatakan bahwa tidak ada kebijakan yang terlambat. Ia menyatakan, ada perkembangan baru yang tidak bisa dihindari, dan perkembangan baru ini lebih cepat dari yang diperkirakan pemerintah.
“Kebijakan itu pasti keluar setelah peristiwa terjadi. Tidak ada kebijakan yang terlambat. Yang perlu menjadi catatan adalah, kebijakan itu efektif atau tidak. Karena itu akan kami pertimbangkan assessment yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi,” ujar Andi usai rapat kerja dengan Menteri Keuangan, Menteri Bappenas, Gubernur BI dan BPS di ruang rapat Komisi XI, Gedung Nusantara I, Rabu (28/8) sore.
Namun, Andi memberi catatan, kebijakan ini jangan ngambang atau hanya menjadi konsep. Pasalnya, kebijakan yang hanya menjadi konsep, justru malah akan merisaukan pasar. Sehingga, Komisi XI dan pemerintah sedang berusaha agar empat kebijakan ekonomi ini dapat berjalan efektif.
“Komisi XI sudah lama memberi warning kepada pemerintah, kalau ada lubang yang sangat besar di dalam profil neraca pembayaran. Kalau hal ini tidak cepat-cepat diatasi, akan menjadi bom waktu. Nah, sekarang itu sudah terjadi,” imbuh politisi PKS ini.
Andi menyatakan bahwa saat ini yang mempengaruhi perekonomian Indonesia variabelnya tidak tunggal, bukan hanya dari dalam Indonesia, tapi juga dari luar negeri yang tidak bisa dikontrol. Sehingga Komisi XI, ujar Andi, berusaha mengorganisir seluruh otoritas di bidang ekonomi untuk lebih optimal, dan untuk menutupi lubangnya.
“Diantara kebijakan yang penting adalah soal kurs rupiah. Perubahan posisi kurs ini indikasinya akan berdampak besar terhadap struktur dan postur RAPBN 2014. Dalam jangka pendek ini, pemerintah harus memiliki kesepakatan dengan seluruh otoritasnya, dan melihat garis merahnya apa yang sedang terjadi,” pesan Andi. (sf), foto : od/parle/hr.